Jaringnews.com – Prospek industri agribisnis 2013 relatif lebih baik dibandingkan dengan kondisi pada 2012 yang penuh drama, karena dampak kekeringan di negara-negara besar produsen pangan, seperti Amerika Serikat, Rusia dan Australia.
“Misalnya, produksi Crude Palm Oil (CPO) di tahun 2012 sekitar 24 juta ton dan itu terbesar di dunia serta jauh dari Malaysia, sedangkan ekspor CPO telah mencapai 18 juta ton dan konsumsi domestik sebanyak 6 juta ton,” kata Ekonom Senior INDEF Bustanul Arifin di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (5/12).
Bustanul mengungkapkan, sayangnya persoalan di dalam negeri belum berubah. Peran Sawit rakyat terus menurun sampai 41%.
Menurut Bustanul, rendahnya produktivitas tanaman dengan skema Indonesia Sustainable Palm Oil Organization (ISPO) sehingga persoalan struktural inti berseberangan dengan plasma yang mewarnai industri CPO.
“Sedangkan kontroversi Bea Keluar (BK) akan mengurangi daya saing, struktur dan rantai nilai yang semakin tidak adil, mungkin sulit menjawab tantangan keberlanjutan yang dipersyaratkan oleh pasar global,” ujar Bustanul.
Menurut Bustanul, untuk itu kebijakan moratorium skema REDD jadi tantangan baru.
Dia mencontohkan, di Brazil sebagai salah satu produsen gula dan kedelai terbesar dunia sedang mengalami anomali cuaca yang relatif basah, sempat sempat membuat harga-harga pangan dan pertanian dunia cukup liar.