Para Pekerja Bersiap Menaburkan Pupuk Kelapa Sawit
(di Kabupaten Muko-Muko Bengkulu Sumatera Indonesia)
Menurut yang saya pelajari, Kelapa Sawit memerlukan makanan berupa unsur hara, baik itu bisa diproduksi di alam ataupun dengan pemupukan. Dengan memberikan pupuk, maka kandungan unsur hara tanah akan mudah dihitung.
Dari cara praktis, pemupukan batang Sawit yang sudah berbuah (usia 4-8 tahun) memerlukan pupuk berupa:
- 1-1,25 Kg Urea/Nitrogen - N
- 1-1,25 Kg Phospat (P) - P
- 1-1,5 Kg KO2 - K
- 2-3 Kg Dolomite
- 100 gram Borat
Khusus untuk Dolomite diberikannya terpisah dengan pupuk lainnya dengan jedah waktu 1 1/2 bulan sebelum dan sesudahnya.
Dosis di atas dipakai di sebuah perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit dan lebih tinggi sedikit dari rekomendasi yang pernah saya dapatkan dari Dinas Pertanian. Sebagai petani, saya lebih senang menggunakan contoh nyata di lapangan, dengan cara, proses dan hasil yang terbukti nyata.
Di Level petani, sebaiknya menggunakan pupuk bersubsidi, seperti Urea bersubsidi. Untuk Phospat dan KCl, setahu penulis tidak ada yang bersubsidi.
Pemerintah juga mengeluarkan Pupuk NPK bersubsidi. Menurut perhitungan saya saat ini, komposisi pupuk di atas bisa dikonversi ke pupuk NPK bersubsidi seperti Phonska, sehingga menghasilkan keperluan NPK 6-7 Kg ditambah KCl 1/2 Kg s/d 1 Kg dan Dolomite serta Borat sesuai dosisi di atas. Hitungan uangnya akan lebih ekonomis menggunakan aplikasi NPK plus.
REKOMENDASI PUPUK KELAPA SAWIT
Per-Batang diaplikasi: (3x2 Kg NPK PHONSKA) + 1/2 Kg KCl, ditambah Dolomite 2 Kg dan Borate 100 gram
Untuk level perusahaan, bisa juga mengaplikasikan pupuk NPK seperti Petrokimia Gresik mengeluarkan NPK 15-15-17 plus-plus. Plusnya ini sudah termasuk Mg (kandungan Dolomite) dan Borat sehingga lebih praktis. Dosisnya bisa menggunakan 6-7 Kg.
Dengan bibit kelapa sawit unggul dan dosis pupuk yang benar, insya Allah hasil panen setahun bisa mencapai rata-rata 24 hingga 36 ton per-hektar. Tentunya petani kelapa sawit di Indonesia memerlukan cara praktis, dengan lahan yang minimal bisa menghasilkan panen yang maksimal.
Karena yang saya dapatkan temuan di lapangan, petani jarang sekali memeberikan dosis pupuk yang benar dengan alasan modal. Sehingga hasilnya pun cuma berkisar 6-14 ton saja per-tahun per-hektar.
Ilustrasi (kurang lebih) Perbandingkan Kebun Kelapa Sawit 1 hektar dengan kondisi (harga pupuk sebelum Juni 2013)
- Tidak Dipupuk: Panen per-bulan: 400 Kg x 1.000: 400.000. Setahun = 2.4 juta
- Dipupuk urea saja setahun 1 Kg (modal 250rb), hasil +- 900 Kg x 1.000: 900.000. Setahun = 10,8 juta
- Dipupuk 6,5 Kg NPK bersubsidi + 1/2 Kg KCl + Dolomite + Borate (Modal Rp 3.000.000/tahun), hasil 2.200 Kg x 1.000: 2.200.000. Setahun = 30,8 juta
Pupuk-pupuk kimiawi di atas bisa juga ditambahkan pupuk organik atau pupuk hayati yang lebih ramah lingkungan dan bisa memaksimalkan kerja pupuk kimiawi. Diharapkan dengan modal tambahan 500 rb, akan menghasilkan tambahan panen lagi dari ilustrasi nomer 3. Untuk kondisi ini, penulis baru akan menceritakan hasil panennya setahun ke depan. Tapi secara performa daun dan batang, pupuk Hayati sangat berpengaruh.
Pemesanan bibit kelapa sawit unggul bersertifikat di Bengkulu, panen di usia 26-30 bulan: Irwan 082184810519