Minggu, 31 Maret 2013

Penghasilan Negara dari Pajak Ekspor Kelapa Sawit 2012 Capai Rp28,3 Triliun





Sekitar 3,7 juta jiwa penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari perkebunan sawit.

Sekretaris Direktorat Jendral Perkebunan Kementrian Pertanian Mukti Sardjono mengatakan itu dalam seminar yang diadakan PT Astra Agro Lestari Tbk di Palu, Jumat (29/3/2013).

Dia mengatakan komoditas kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sumber penerimaan negara.

Menurutnya, selain sumber pendapatan negara, perkebunan kelapa sawit juga mempunyai peranan penting bagi pendapatan masyarakat dan juga mendorong pengembangan wilayah, karena lebih dari 3,7 juta kepala keluarga terserap dalam industri dan perkebunan kelapa sawit.

Begitu juga, kata dia, dari sisi pendapatan ekspor non minyak gas (Migas) nasional, nilai ekspor minyak sawit lebih besar dibanding nilai ekspor hasil pertanian di luar minyak sawit.

“Selama 2012 lalu, negara memeroleh Rp28,3 triliun dari pajak ekspor atau bea keluar, hasil perkebunan kelapa sawit, sehingga sangat mendukung industri dalam negeri,” lanjutnya.

Dia mengatakan dengan data-data itu, industri minyak sawit Indonesia harus didukung agar terus maju dan berkembang.

Terkait perlunya dukungan terhadap kelapa sawit nasional, Dahlan H. Hasan, staf ahli Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Tadulako menyinggung pentingnya masyarakat memahami prosedur perizinan Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

“Ketentuan mengenai Amdal terus mengalami perbaikan. Hal ini dapat dilihat melalui perubahan UU No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menjadi UU. No.32 Tahun 2009, dan itu harus dipahami masyarakat,” katanya.

Karena, kata dia, dengan semangat baru itu Amdal lebih berperan, terarah dan efektif dalam mengawal pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan khususnya dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit.

PT Astra Agro Lestari (AAL) Tbk sebagai perusahaan yang bergerak di perkebunan kelapa sawit yang merupakan perusahaan terbesar di Provinsi Sulbar, mendukung penegasan yang disampaikan pembicara.

Karena itu, dalam usaha perkebunan kelapa sawit yang dilakukan, AAL selalu memerhatikan secara serius mengenai studi kelayakan, legalitas usaha, serta perbaikan terus menerus baik teknis maupun non teknis agar kelapa sawit bermanfaat bagi negara maupun masyarakat.

“Semua demi pembangunan industri kelapa sawit yang lebih baik,” kata Berlian Cahyani, dari Safety, Health and Environment (SHE) AAL. (Antara/wde)

Program hilirisasi produk sawit

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menilai program hilirisasi produk kelapa sawit yang tengah digalakkan pemerintah masih berjalan setengah hati. Pasalnya hingga saat ini pemerintah hanya berencana membangun infrastruktur industri, tanpa merangsang perilaku para pengusaha untuk membangun industri pengolahan produk turunan kelapa sawit.

Bendaraha Gapki Sumut Laksamana Adyaksa mengatakan selama ini para pengusaha cenderung lebih suka melakukan perdagangan minyak sawit mentah (CPO), karena saat ini bea keluar yang dikutip pemerintah untuk minyak sawit mentah, masih sama dengan produk olahan. Sehingga karena tak mau direpotkan dengan sejumlah perijinan serta persoalan pengolahan, para pengusaha memilih untuk melakukan ekspor CPO.

“Untuk apa diolah, kalau ekspor CPO saja sudah menguntungkan. Makanya itu perlu ada pengaturan ulang terkait bea keluar. Pemerintah harusnya membebankan bea keluar yang berbeda secara signifikan antara CPO dan produk olahannya. Bea keluar untuk produk CPO harus dibuat lebih tinggi, sehingga dengan margin yang ada para pengusaha lebih mau mengolahnya terlebih dahulu.”Ujarnya pada Smart FM di Medan, Selasa (16/10/2012).

Laksamana menambahkan, dengan adanya rangsangan tersebut, pemerintah juga diuntungkan. Karena dengan sendirinya investasi industri pengolahan masuk, dan lapangan pekerjaan akan terbuka dengan lebih luas.

“Kalau bea keluarnya dinaikkan, tentunya investasi pembangunan pabrik yang menjadi pilihan. Tentunya ini akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Disamping itu, industri yang ada akan membuat sektor riil bergerak. Jadi ada efek dominonya, dibandingkan hanya diekspor mentah. Tapi kalau semua diserahkan pada pengusaha untuk memilih, tentunya pengusaha enggak mau repot.”Jelasnya.

Anggota Komisi IV DPR-RI Habib Nabiel Fuad Al Musawa menyatakan, mendukung percepatan hilirisasi produk hasil perkebunan kelapa sawit sehubungan dengan prakiraan bahwa pada 2013 Indonesia menggeser India menjadi konsumen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar di dunia.

"Bila apa yang diprakirakan itu terwujud, berarti proses hilirisasi produk kelapa sawit di Indonesia berjalan dengan baik," katanya di Banjarmasin, Rabu kepada wartawan yang tergabung dalam Journalist Parliament Community (JPC) Kalimantan Selatan, Rabu, menanggapi prediksi Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).

Nabiel, legislator asal daerah pemilihan Kalsel dari Partai Keadilan Sejahtera itu mengungkapkan, berdasarkan prediksi DMSI, Indonesia akan menjadi konsumen CPO terbesar di dunia menggeser India pada tahun 2013.

Anggota Komisi IV DPR yang juga membidangi pertanian (termasuk perkebunan) itu mendukung bila pada 2013 Indonesia benar-benar menjadi konsumen CPO terbesar di dunia.

"Selain itu percepatan hilirisasi produk kelapa sawit itu bisa mengurangi angka kemiskinan di Indonesia," lanjut alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) Jawa Barat (Jabar) itu.

Pasalnya, menurut wakil rakyat yang menyandang gelar insinyur dan magister bidang pertanian itu, dengan percepatan hilirisasi tersebut berarti industri hilir kelapa sawit di Indonesia berkembang.

"Keberadaan industri tersebut bisa menyerap tenaga kerja yang lebih besar, hal itu berarti pula mengurangi pengangguran, sekaligus menurunkan angka kemiskinan," tandasnya.

Mengutip prediksi DMSI, ia mengungkapkan, pada 2012 tiga negara konsumen CPO terbesar di dunia, yaitu India 7,95 juta ton, Indonesia 7,87 juta ton dan China 6,4 juta ton per tahun.

Pada 2013 diprediksi konsumen CPO terbesar dunia, akan berubah menjadi Indonesia 9,2 juta ton, India 8,35 juta ton dan China 6,72 juta ton. Sementara perkiraan produksi sawit Indonesia 2013 mencapai 28 juta ton. 

Kalau melihat angka diatas, menurutnya, meski ada peningkatan konsumsi dalam negeri, namun konsumsi tersebut masih relatif kecil dibandingkan CPO yang keluar. 

Pemakaian CPO dalam negeri 9,2 juta ton, berarti sekitar 30 persen. Selebihnya 19 juta ton atau sekitar 70 persen diekspor.

"Kata mengekspor bahan mentah yang memiliki potensi nilai tambah tinggi sebanyak 19 juta ton. Oleh karena itu sangat disayangkan," keluhnya. (SHN-A013)

Isu negatif kelapa sawit

Maraknya isu negatif menghambat pengembangan kelapa sawit. Padahal, saat ini kelapa sawit penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) cukup besar.

Dengan raut wajah yang serius, pelaku perkebunan kelapa sawit yang juga ketua Gabungan Pengusaha Perkebunan Indonesia (GPP) Kalteng, Teguh Patriawan menyampaikan kegundahannya akan maraknya isu negatif seputar kelapa sawit. Pagi itu, Teguh, dengan gemas memberikan fakta yang cukup menarik dalam menanggapi isu negatif tersebut. "Bagaimana mungkin luas areal kelapa sawit yang di Indonesia, yang cuma 8 juta ha ini dianggap merusak hutan." kata Teguh dengan nada tinggi.

Di seluruh dunia, lanjut Teguh, luas areal kelapa sawit hanya sekitar 15 juta ha. bandingkan dengan misalnya soybeans (kedelai) yang luasnya 104 juta ha, atau rapeseed, 32 juta ha, kan tidak sebanding.

Sebenarnya kalau diteliti lebih seksama kontribusi tanaman sawit terhadap lingkungan cukup besar. Pertama, minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang paling hemat akan pengunaan lahan, produktifitasnya 8-9 kali lebih banyak dibandingkan dengan minyak nabati yang lain. Kedua, memiliki potensi sebagai tanaman untuk reboisasi lahan-lahan terbuka dan terlantar yang tidak memiliki nilai ekonomi (potensi kayu) dan dan nilai konservasi. Dan yang ketiga, dalam beberapa kali penelitian, per ha. kebun sawit menyerap 36 ton CO 2 dibandingkan dengan hutan tropis yang hanya rata-rata menyerap 25 ton.

Kontribusi ekonomi juga cukup mengagumkan, selain menghasilkan devisa 15-16 juta US dollar setiap tahun, perkebunan kelapa sawit mampu mengerakkan perekonomian daerah-daerah terpencil. Selain itu mampu menyerap tenaga kerja 5 juta orang secara langsung dan 3 juta orang sebagai tenaga tambahan diluar kebun.

Selain itu, dalam hal energi, minyak kelapa sawit selain terbarukan juga sangat ramah terhadap lingkungan. Coba bandingkan dengan energi dari bahan bakar fosil. Limbah padat dan cair dapat digunakan sebagai sumber energi listrik dan substitusi pupuk organik yang ramah lingkungan, sehingga dapat mengurangi pencemaran.

Isu-isu negatif yang disebarkan, lanjut Teguh, sengaja untuk menekan pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, coba bandingkan dengan HPH atau HTI yang sudah ada sejak orde baru. Karena itu, Teguh berharap, masyrakat jangan mudah terpancing isu-isu yang belum tentu kebenarannya.

Minyak sawit juga berkontribusi menyediakan kebutuhan pangan dunia. Murahnya harga minyak sawit dibandingkan minyak nabati lain merupakan keunggulan minyak sawit. Jadi, terbukti perrkebunan kelapa sawit lebih produktif dan efisien.

Data Oil World menyebutkan, untuk memproduksi 4,2 ton minyak sawit mentah dibutuhkan biaya produksi US$ 250. Sedangkan untuk memproduksi satu ton rapeseed oil, dibutuhkan biaya produksi US$ 375. Biaya produksi soyabean oil dan sunflower oil lebih tinggi lagi.

Patrick Moore. PhD, salah satu pendiri Greenpeace, mengungkapkan sejumlah fakta yang menarik. Setiap hari 6 milyar manusia bangun dengan tantangan akan kebutuhan riil, untuk makanan energi, lahan dan bahan-bahan yang lain. Semuanya itu akan mengancam kelestarian alam. Tantangan adalah bagaimana dapat memenuhi kebutuhan tersebut tanpa merusak lingkungan? Memotong kayu saja sebenarnya tidak cukup merusak lingkungan, masalah sebenarnya adalah setelah hutan tersebut ditebang, musnah untuk selamanya atau akan ditanami kembali.

Masyarakat eropa dan AS, lanjut Moore, selalu berpendapat bahwa hutan Indonesia dan Malaysia rusak berat. Padahal kenyataaanya 40% hutan alam Australia telah berubah menjadi lahan pertanian. Juga terhadap hutan AS, lebih dari 40% telah dikonversi menjadi lahan-lahan pertanian.

Bagaimana dengan kondisi Kalimantan Tengah (Kalteng)? Landasan dan sudut pandang antara Kementrian Kehutanan dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah yang berbeda, membuat penyusunan Rencana Tata Ruang Provinsi (RTRWP) hingga saat ini masih belum terselesaikan. Pembentukan Tim Terpadu untuk menyusun RTRWP dan pembahasan di DPR RI masih juga menyisakan masalah yang belum terpecahkan. Sementara itu degradasi hutan dan pembangunan daerah tidak dapat ditunda.Teguh menjelaskan sambil memperlihatkan foto-foto hutan sebelum di bangun perkebunan sawit yang sudah kritis. Akibat persoalan itu, maka pembahasan RTRWP Kalteng sulit mencapai titik temu.

Sambil menerawang jauh, Teguh Patriawan berharap, semestinya RTRWP Kalteng ke depan nantinya benar-benar dapat memperhatikan kepentingan daerah, sebab daerahlah yang lebih berkepentingan terhadap pengembangan dan pembangunan wilayah mereka. ‘’Kalau kita dibatasi, bagaimana dapat mengelola daerah untuk menggali potensi-potensi daerah yang dapat menjadi sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah).

Tanpa RTRWP, lanjut Teguh, Pemerintah Daerah (Pemda) akan mengalami kesulitan dalam memberikan lahan yang prosedural.Ini dikarenakan berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepatan (TGHK) yang sudah berlaku sejak 1982 dirasa sudah tidak mencukupi lagi untuk pengembangan wilayah dan pembangunan. Selain itu RTRWP juga merupakan payung hukum bagi pemda untuk memberikan lahan dan juga memberikan kepastian bagi investor.

Sebenarnya, pernah ada solusi dalam menyelesaikan persoalan lahan perkebunan kelapa sawit ini, yaitu Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 62 Tahun 2011 tentang Pedoman Pembangunan Hutan Tanaman Berbagai Jenis pada Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK/HTI). Yang salah satu isinya menyebutkan bahwa tanaman sawit merupakan tanaman hutan. Di Malaysia, kenapa nggak ribut-ribut, karena mereka memasukan sawit menjadi tanaman kehutanan. Namun sayangnya peraturan Menhut tak bertahan lama karena mendapat kecaman dari Greenpeace dan Walhi. Peraturan ini dianggap dapat melegalkan operasi perkebunan sawit ilegal.

Selanjutnya dalam menanggapi Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 26 Tahun 2007, yang mengatur perusahaan perkebunan wajib membangun kebun untuk masyarakat sekitar paling seluas 20 persen dari total luas areal kebun, pengusaha kelapa sawit di Kalteng, tidak mempermasalahkan itu, yang penting pemerintah komitmen membantu pengembangan kelapa sawit. "Jangan nilai tambahnya diambil tapi begitu ada permasalahan pemerintah lepas tangan," pungkasnya.

Isu tentang kelapa sawit selalu ada mulai dari pengrusakan hutan, merusak ekosistem, merusak sosial ekonomi masyarakat setempat dan lain-lain isu -isu ini telah mendunia bahkan dengan opini yang sangat gencar tentang hal-hal yang negatif tentang kelapa sawit maka sudah terbentuk persepsi negatif tentang kelapa sawit ini bisa dilihat terjadinya isu negatif tentang kesehatan dan kandungan nutrisi dari produk kelapa sawit yang terjadi di Eropa tepatnya di Belanda hal ini merupakan akumulasi dari berbagai isu yang terjadi.

Kalau sedikit membandingkan dengan komoditi kedelai justru pemberitaan negatif tentang komoditi ini hampir tidak ada. Setiap tahunnya Indonesia mengimpor hampir 60% kedelai dari Amerika Serikat untuk memenuhi pasokan dalam negeri dan untuk menstabilkan harga kedelai. Padahal  untuk membuat lahan pertanian kedelai di Amerika Serikat justru juga menghabiskan hutan-hutan di Amerika Serikat dan Hutan amazon di Brasil untuk pembukaan lahan pertanian kedelai bahkan untuk menghasilkan minyak yang sama dengan kelapa sawit lahan kedelai harus membuka seluas 8 kali lipat. Namun pernahkah kita mendengar bahwa produk kedelai diganjal ekspornya ke suatu negara karena isu merusak lingkungan.

Kalau kita mengetik di “mbah google” dengan kata kunci ” isu negatif kedelai atau kampanye negatif kedelai” maka hasilnya akan lebih banyak link tentang isu negatif dari kelapa sawit. Kelapa sawit dan kedelai merupakan komoditi yang sama-sama menghasilkan minyak namun persepsi kedua komoditi ini terutama di dunia internasional sangat berbeda. Kalau seandainya kelapa sawit di hasilkan di Amerika Serikat dan Indonesia jadi pengekspor kedelai,  pasti persepsi yang muncul justru akan berbeda.

Pemerintah Amerika Serikat sangat melindungi petani kedelainya sehingga segala daya upaya di lakukan untuk melindungi keberlangsungan pertanian kedelai sedangkan Indonesia peran pemerintah tidak bisa berjalan dengan baik, usaha kampanye tentang kelapa sawit lebih banyak di lakukan oleh organisasi -organisasi kelapa sawit padahal sekarang 45% produksi kelapa sawit oleh Indonesia atau produsen CPO terbesar nomor 1 di dunia namun justru Indonesia tidak bisa mengendalikan harga kelapa sawit di dunia. Jadi isu-isu negatif tentang kelapa sawit sebenarnya tidak terlepas dari “perang dagang”  yang di lakukan oleh setiap negara untuk melindungi keberlangsungan pertaniannya. 

Penurunan harga kelapa sawit  hanya karena isu negatif kelapa sawit akan memberikan efek domino bagi perekonomian Indonesia, menurut pengamatan sekitar 3 bulan yang lalu ketika harga kelapa sawit jatuh atau rendah  terutama di Pulau Sumatera yang banyak kelapa sawit rakyat maka terjadi kelesuan ekonomi di mana pasar menjadi sepi, pembayaran kredit motor macet, omset pedagang turun dan efek ekonomi yang lain.

Perkebunan Sawit Dikuasai Swasta

Jakarta, Aktual.co — Produksi kelapa sawit 2012 sebanyak 113.887 ton, 2011 sebanyak 114.326 ton, produksi kelapa sawit 2010 sebanyak 29.278 ton dengan luas lahan 16.878 hektare.

Luas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Belitung, pada 2012 mencapai 19.708 hektare atau meningkat dibanding 2011 yang hanya tercatat seluas 18.180 hektare.

"Namun, hampir 75 persen dari total luas perkebunan kelapa sawit yang ada itu dikuasai perusahaan swasta, sehingga pengembangan komoditas ini melenceng dari program awal untuk meningkatkan kesejahteraan petani," ujar Kabid Perkebunan Dinas Perkebunan dan Kehutanan Bangka Selatan Kartino di Toboali Kamis (28/3). 

Ia menjelaskan bahwa peningkatan luas perkebunan kelapa sawit ini tidak mempengaruhi produksi kelapa sawit yang mengalami penurunan karena harga CPO turun sebagai dampak krisis ekonomi global.

Produksi kelapa sawit 2012 sebanyak 113.887 ton, 2011 sebanyak 114.326 ton, produksi kelapa sawit 2010 sebanyak 29.278 ton dengan luas lahan 16.878 hektare.

Produksi kelapa sawit 2009 sebanyak 30.095 ton dengan luas lahan 14.878 hektare, produksi 2008 sebanyak 3.260 ton dengan luas lahan 1.819 hektare, produksi 2007 sebanyak 3.116 ton dengan luas lahan 1.777 hektare.

"Dalam dua tahun terakhir ini, kami tidak lagi memprogram pengembangan perkebunan kelapa sawit ini seperti penyaluran bantuan bibit, pupuk dan lainnya, karena keterbatasan lahan dan biaya pengelolaan, perawatan serta produksi komoditas ini membutuhan biaya tinggi yang memberatkan ekonomi petani," ujarnya.

Menurut dia, pengembangan komoditas ini cukup tinggi, sehingga akan mengganggu pengembangan komoditas unggulan daerah lainnya seperti lada putih, karet, kakao, cengkih, kelapa dan lainya.

"Saat ini, kami tidak lagi memberikan izin perluasan perkebunan kelapa sawit kepada perusahaan untuk mencegah permasalahan sosial yang merugikan warga khususnya petani," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa saat ini, kami membuka investasi industri hilir pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi produk jadi maupun setengah jadi untuk meningkatkan produksi dan nilai jual TBS sehingga akan berdampak peningkatan kesejahteraan petani.

"Dengan adanya industri hilir CPO ini tentu harga jual TBS akan lebih stabil dan petani tidak akan mengalami kerugian yang cukup besar karena harga TBS anjlok seperti akhir tahun lalu, harga TBS petani hanya berkisar Rp150 hingga Rp250 per kilogram dari harga normal Rp1.100 perkilogram," ujarnya

Kamis, 28 Maret 2013

Cara memilih bibit kelapa sawit

Bagi anda yang ingin memilih bibit kelapa sawit yang benar dan baik serta berkualitas tinggi tentu harus mengetahui tipsnya.karena bila salah memilih bibit kelapa sawit kerugian akan anda alami dalam jangka waktu yang cukup panjang.karena sawit adalah tanaman tahunan.Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack) adalah komoditi ekspor negara kita, tanaman ini mulai dikembangkan sblm perang dunia 2. negara kita mulai tanam kelapa sawit secara komersial mulai thn 1911 di Sumatera, tapi selama 1958-1968 produksi stagnan dan mulai tumbuh laju sejak tahun 1980. Dlm 2 (dua) dekade terakhir perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang baik,apakah luas areal maupun produksi.tahun 1990 luas areal perkebunan kelapa sawit seluas 1,5 juta ha, pada tahun 2008 areal kelapa sawit di Indonesia tercatat seluas 7,01 juta ha yg tersebar di propinsi NAD, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Papua. Indonesia merupakan produsen benih kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi sekitar 167 juta kecambah per tahun namun karena kebutuhan yang cukup banyak sehingga perlu peningkatan kuantitas dan kualitas dgn menggunakan maupun memilih bibit yang tepat. Pengadaan benih bahan tanaman atau disebut teknologi benih pada kelapa sawit tidak semudah seperti pada tanaman lain. Tanaman kelapa sawit pada awalnya hanya dapat diperbanyak secara generatif dan baru dalam 15 tn terakhir ini diketahui dapat diperbanyak secara vegetatif melalui kultur jaringan. 

Berikut adalah cara memilih Bibit Kelapa Sawit:

1. Untuk memilih kecambah sawit.

Kalau mau yang jenis tenera : pilih yang bijinya kecil dan tempurungnya tipis.

Kalau mau yang jenis dura : pilih yang bijinya besar dan tempurungnya tebal.

Pilih juga yang mata tunasnya putih bersih, tidak cacat dan panjang akarnya tak lebih dari 2 cm. Pilih yang bentuk bijinya lonjong seperti buah melinjo. Tempurung berwarna hitam pekat, bersih dari sabut dan jamur. Mata tunas hanya satu setiap biji. Bentuk tunas bagus, tidak bengkok. Tunas dan akar masih segar, tudung akar masih utuh.

2. Untuk memilih bibit kecil (baby).

Pilih yang bentuk tajuknya bagus, bongkotnya (bagian batang paling bawah) besar, gemuk pendek, jangan pilih yang tinggi langsing. Daun dan batang hijau segar, usia 3 bulan minimal sudah memiliki 4 pelepah daun yang terbuka. Jangan pilih yang pelepah daunnya menutup atau tidak membuka. Akarnya kokoh, tidak goyah. Pilih juga yang daunnya tidak cacat karena penyakit layu atau karena dimakan ulat.

3. Untuk memilih bibit besar siap tanam.
Bibit sawit umumnya ditanam ketika sudah berumur satu tahun, terhitung sejak mulai dipindahkan ke polibag besar dari usia baby (tiga bulan). Namun bila akan ditanam di lahan yang basah atau banyak hama tikus, maka biasanya yang ditanam adalah yang berumur dua tahun. Bibit umur dua tahun terlebih dahulu dipotong semua pelepah daunnya hingga tinggal setengah.

Adapun ciri bibit besar yang bagus adalah sama dengan ciri bibit baby, ditambah adanya sulur pada ujung pelepah daun yang bagian atas. Selain itu, jangan pilih bibit besar yang tumbuh besar jauh melebihi kawan-kawannya, karena biasanya bibit itu adalah jantan. Kalau pun mau di tanam utk membantu penyerbukan nantinya, tanamlah satu pohon saja utk setiap 51 pohon.

Biasanya, bibit besar yang ditempatkan dibagian pinggiran pembibitan, akan tumbuh tidak setinggi kawannya yang lebih ke tengah. Ini normal saja. Dan bibit yang di pinggir ini bukanlah bibit yang tak bagus.

4. Bila pucuk kelapa sawit atau kelapa biasa terserang penggerek hama, semprot saja dengan air garam. Ingat, jangan biarkan lama-lama, karena pertumbuhan pucuk tanaman bisa sangat terganggu.

5. Untuk menormalkan sawit jagur/buah jarum.
Pohon sawit yang hanya berbuah kecil dan didominasi duri saja, jangan ditebang atau diganti baru, karena dapat dinormalkan dengan cara : panenlah buahnya dan potong pelepah sesuai jadwal kawannya yang berbuah normal. Setiap panen, kumpulkan sampah atau daun sawit yang kering disekeliling pangkal batangnya, lalu dibakar. Ukurlah besar tumpukan sampah hingga tak menyebabkan kematian karena api terlalu besar. Usahakan agar daun terbawah sampai layu sedikit. Lakukan setiap panen, sampai buahnya jadi normal. Biasanya sekitar 6 bulan sampai setahun. Cara ini umum dilakukan para petani sawit rakyat di Sumatera Utara, dan tingkat keberhasilannya biasanya di atas 90%.

Minggu, 24 Maret 2013

GAPKI menuntut penghapusan moratorium Pemberian Izin Baru

Desember 2012 lalu, GAPKI menuntut penghapusan moratorium Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut. Alasannya, kebijakan tersebut sangat menghambat pertumbuhan ekonomi nasional. Tuntutan GAPKI cukup bikin cemas para pemerhati REDD+ di Indonesia. Kalau pengusaha menolak bergandeng tangan, bisa-bisa cerita REDD+ tak jauh dari perdebatan kenaikan upah buruh.

Ketiga pembicara (ki-ka) Jefri Gideon, Heru Prasetyo, dan Mubariq Ahmad didampingi moderator Wimar Witoelar

Moratorium izin baru pemanfaatan lahan itu sendiri telah berlaku selama 2 tahun di bawah Instruksi Presiden Nomor 10/2011. “Inpres ini akan berakhir 20 Mei mendatang. Dan belum ada kepastian dari Presiden Yudhoyono,” kata Sita Supomo, Program Director of Sustainable Development Governance Kemitraan dalam temu “Moratorium Hutan untuk Tata Kelola Hutan yang Lebih Baik” (19/3). Maka, sebelum terlambat, sejumlah pemerhati REDD+ mengemukakan rekomendasi agar pemerintah memperpanjang jangka waktu moratorium menjadi 5 tahun.

Ketua Kelompok Kerja Strategi Nasional REDD+, Mubariq Ahmad menegaskan perlunya perpanjangan moratorium. “Kenapa perlu diperpanjang? Karena sistem tata kelola baru pemberian izin pemanfaatan lahan belum siap,” ujarnya. Ia menilai, moratorium efektif mengurangi deforestasi sekaligus meningkatkan luasan tutupan hutan primer dan lahan gambut.

Keadaannya kini, luas lahan sawit yang aktif berproduksi adalah 9,4 juta hektar. Itu data dari pemerintah. Dibandingkan dengan data lembaga sosial Sawit Watch, luas lahan sawit aktif justru lebih besar. “Versi Sawit Watch, kebun sawit di Indonesia sampai melebihi 12 juta hektar. Produktivitasnya 25,2 juta ton per tahun, sedangkan konsumsi dalam negeri hanya 6 juta ton,” jelas Koordinator Sawit Watch, Jefri Gideon. Sisanya diserap oleh pasar luar negeri.

Industri hulu seperti perkebunan kelapa sawit sesungguhnya masih mengandung nilai tertinggi. “Nilainya paling tinggi karena butuh investasi dan lahan besar-besaran,” ungkap Mubariq. Trennya, value tanah pasti naik terus. Maka, perusahaan berlomba-lomba membeli tanah. “Ada yang beli dengan motif spekulasi sehingga menjadi land banking,” lanjutnya. Menurut Mubariq, dari sekian banyak perusahaan sawit, baru 1 yang bergerak di industri hilir.

Namun, benarkah perusahaan besar pasti bersikap negatif terhadap moratorium? Taipan Grup Triputra, Theodore Permadi Rachmat, pernah memuji langkah yang diambil Menteri Zulkifli Hasan ini. “Kementerian yang sekarang sudah bagus. Kebijakan moratorium konversi hutan merupakan langkah baik yang dilakukan Menteri Zulkifli Hasan,” katanya pada SWA dalam suatu wawancara khusus (4/2).

Artinya, tidak mustahil perusahaan menyesuaikan gerak bisnis dengan penerapan REDD+ ke depannya. Apalagi, pertumbuhan perkebunan sawit dan pertambangan tidak akan terhambat perpanjangan moratorium. “Izin tambang yang aktif masih cukup banyak. Di samping itu, masih ada 4 juta hektar lahan sawit baru yang paling cepat selesai ditanami dalam 10 tahun ke depan,” tegas Mubariq meyakinkan. (EVA)

Jumat, 22 Maret 2013

Alur Sederhana Pengolahan Kelapa Sawit


Tandan buah segar yang sudah tiba di pabrik harus segera diolah menjadi CPO agar meminimalkan peningkatan asam lemak bebas dalam minyak. Apabila dalam 24 jam lebih TBS belum diolah maka dapat dikatakan restan pabrik. Secara umum proses pengolahan kelapa sawit dibagi menjadi lima alur, yaitu sterilization, threshing, digestion, pressing, dan clarification.
Sterilization
            Proses pertama dilakukan perebusan TBS kelapa sawit dalam sterilizer berupa bejana uap bertekanan 2.8-3 kg/cm2 selama 90 menit. Perebusan ini berfungsi untuk menonaktifkan enzim lipase yang berperan menaikkan asam lemak bebas pada minyak, memudahkan pelepasan brondolan pada tandan, dan melunakkan buah untuk memudahkan dalam proses pengepresan.
Threshing
            Tandan buah segar yang telah direbus diangkat menggunakan housting crane dan dituang ke dalam theser melalui hopper yang berfungsi menampuh TBS rebusan. Di dalam theser TBS dibanting untuk memisahkan brondolan dari tandan dengan kecepatan putara 23-25 rpm.
Digestion
            Brondolan yang sudah terpipil selanjutnya ditampung oleh fruit elevator dan dibawa oleh distributing conveyor untuk didistribusikan ke tiap-tiap digester. Di dalam digester buah dilumat dan diaduk untuk memisahkan antara daging buah (mesokarp) dengan biji. Proses pelumatan biasanya berlangsung selama 30 menit.
Pressing
            Brondolan yang sudah dilumatkan kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (screw press). Proses ini untuk mendapatkan minyak kasar dari mesokarp buah. Dari proses ini diperoleh minyak kasar, ampas, dan biji. Biji yang bercampur dengan serat akan dimasukkan ke alat cake breaker conveyor untuk dipisahkan antara biji dan seratnya, sedangkan minyak kasar akan dialirkan ke stasiun pemurnian.
Clarification
            Minyak kasar yang dihasilkan harus segera dimurnikan agar tidak menurunan kualitas minyak akibat proses hidrolisis dan oksidasi. Proses pemisahan minyak, air, dan kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugasi, dan penguapan.

Kamis, 21 Maret 2013

Kebutuhan Tenaga Pemanen Kelapa Sawit


Kebutuhan tenaga kerja harus mempertimbangkan luas areal dan kemampuan pekerja agar pekerjaan panen dapat terselesaikan dengan baik. Pada sistem block harvesting system, para pemanen sudah memiliki hancak tetap masing-masing yang sudah diatur oleh mandor panen. Contoh perhitungan kebutuhan tenaga pemanen seperti berikut:
Luas areal TM = 934.57 ha
Jumlah tenaga panen Mei 2012 = 51 orang
Tenaga dibutuhkan = (934.57/18) + ((934.57/18)x10%) = 57 orang
Kekurangan tenaga panen = 6 orang
Tenaga belajar panen = 3 orang
Rasio tenaga kerja berkisar 1:18, artinya setiap pemanen memiliki areal panen seluas 18 ha selama satu rotasi panen. Jumlah dasar tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk memenuhi rasio 1:18 adalah sejumlah 52 orang. Sisanya, sebanyak 10% dari jumlah kebutuhan utama tenaga pemanen merupakan cadangan apabila dalam keseharian terdapat pemanen yang tidak masuk kerja ataupun produksi buah sedang meningkat. Apabila terjadi kelebihan tenaga, maka kelebihannya akan dialihkan pekerjaan rawat hancak. Selain kuantitas dari kebutuhan pemanen, kualitas dari setiap individu pemanen pun perlu menjadi perhatian agar pemanen dapat bekerja secara optimal sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Menurut Fauzi et al. (2007), kebutuhan tenaga pemanen dipengaruhi oleh kerapatan panen, luas hancak yang akan dipanen, kapasitas panen, berat janjang rata-rata, dan populasi per blok. Perhitungan kebutuhan tenaga pemanen adalah sebagai berikut:
Tenaga pemanen = (A ×B ×C ×D)/E
Keterangan :
A = Luas hancak yang akan dipanen (ha)
B = Kerapatan panen
C = Berat janjang rata-rata (kg)
D = Populasi (pohon/ha)
E = Kapasitas panen/HK
Perhitungan yang berdasarkan Fauzi et al. (2007) lebih mengoptimalkan basis borong yang diperoleh oleh seorang pemanen dengan strategi memperluas hancak ketika kerapatan panen rendah. Akan tetapi perhitungan tersebut memiliki kelemahan karena kualitas tenga pemanen yang kurang disiplin dan faktor usia pemanen yang mempengaruhi penyelesaian hancak panen. Perolehan produksi pun diharapkan lebih meningkat dibandingkan taksasi dengan tenaga panen aktual yang dipekerjakan.

Selasa, 19 Maret 2013

Berkebun Sawit Peluang Bisnis Jangka Menengah disukai Perusahaan Asing

Berkebun Kelapa Sawit jika dilakukan dengan benar akan menghasilkan keuntungan melimpah. Bagaimana tidak, luasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia ini juga banyak dikuasai oleh perusahaan asing. Kalau profitnya tidak banyak, mana mungkin mereka rela menyeberangi benua untuk bisnis ecek-ecek.
Saya menjumpai perusahaan dari China, Eropa juga tetangga Malaysia yang memiliki areal perkebunan hingga puluhan ribu hektar.
Ini menunjukkan bagaimana kemudahan berinvestasi di negeri kita, oleh perusahaan asing sekali pun. Kondisi ini tidak menjadi masalah. Yang jadi kurang tepat, bila kita yang orang Indonesia tidak ikut andil di dalamnya dan hanya menjadi penonton.

Peluang Bisnis Kelapa Sawit dalam 6 Tahun Seperti apa?

Misal....kita mau membuka lahan perkebunan sebesar 10 hektar.
Untuk kelas petani, harga di Bengkulu Utara, misal senilai 20 juta/hektar x 10 ha = 200juta
Pembelian bibit usia 18 bulan seharga 35rb/batang, dengan asumsi 130 batang/ha.
Bibit: 1.300 x 35.000 = 45.500.000
Upah Tebas dan tanam + pupuk awal: 5juta
Pembuatan fasilitas rumah/pondok jaga: 10 juta
Lain-Lain: 9,5 juta

Pupuk tahun pertama bersubsidi & Upah : 20juta
Racun & Cyrcle : 15 juta
Ongkos Perawatan/Upah tunggu kebun: 20 juta

Cash Flow Kebutuhan Modal
Tahun 0: -220 juta
Tahun 1: -45 juta
Tahun 2: -55 juta
Tahun 3: -60 juta
Panen Tahun ke-3: +60 juta
Total: -320 juta rupiah

Tahun ke-3
Di usia ke-28 kelapa sawit sudah berbuah.
Dengan asumsi bisa menghasilkan 6 ton/hektar, maka berpotensi menghasilkan uang: 60 juta

Tahun ke-4
Biaya perawatan semakin berkurang namun biaya pupuk naik sedikit.
Hasil Panen di tahun ke-4 diperkirakan bisa mencapai 140 ton/tahun atau ada cash in 140 juta.
Asumsi pengeluaran 70 juta, maka hasil bersih: 70 juta

Tahun ke-5
Hasil Panen di tahun ke-5 diperkirakan bisa mencapai 180 ton/tahun atau ada cash in 180 juta.
Asumsi pengeluaran 70 juta, maka hasil bersih: 110 juta

Tahun ke-6
Hasil Panen di tahun ke-6 diperkirakan bisa mencapai 240 ton/tahun atau ada cash in 240 juta.
Asumsi pengeluaran 70 juta, maka hasil bersih: 170 juta

Cash Flow Tahun ke-6

Modal Tahun ke-3: -320 juta
Tahun ke-4: +70 juta
Tahun ke-4: +110 juta
Tahun ke-6: +170 juta
Total: + 30 juta

Harga Tanah
Harga tanah seperti kita ilustrasikan di atas masih sangat murah, sehinggal dalam waktu 6 tahun, harga tanah bisa naik 3 x lipat. Di akhir tahun ke-6, harga tanah diperkirakan sudah mencapai 60 juta/hektar (tanah kosong)

Jika kita menjual lahan kelapa sawit yang sudah berproduksi dengan bagus, bisa mencapai 60 juta/hektar.
Jadi di tahun ke-6 nanti, potensi lahan bila dijual bisa mencapai 120 juta/hektar atau 1,2 M....padahal modal sudah lunas.

Potensi kalau tidak dijual
Bisa dibayangkan, dengan modal 320 juta dan sudah kembali di tahun ke-7, kebun sawit tersebut bisa memberikan kita rupiah sebesar 170juta/tahun sampai berusia 25-27 tahun. Meskipun akan terjadi penurunan jumlah produksi di tahun ke-15.

(Perhitungan ini hanyalah ilustrasi....yang dihimpun dari beberapa sumber dan sudah dilakukan pendalaman di lapangan)

Pemesanan bibit kelapa sawit unggul bersertifikat di Bengkulu, panen di usia 26-30 bulan: Irwan 082184810519

Senin, 18 Maret 2013

Petani Bengkulu Butuh Benih Kelapa Sawit Asli


Ilustrasi Pembibitan Kelapa Sawit


Petani Kelapa Sawit di Bengkulu, seperti diberitakan di media, banyak membeli bibit kelapa sawit aspal-asli tapi palsu. Bibit Kelapa Sawit aspal ini memang berupa tanaman kelapa sawit, namun karena benihnya tidak didapatkan dari produsen resmi, maka dikatakan bibit aspal. Bibit aspal dimungkinkan berasal dari TBS yang sudah panen dan dijadikan bibit.

Benih sawit yang tidak dari Perodusen Asli, memiliki probabilitas produksi rendah, meskipun sudah menggunakan TBS paling unggul. Dengan benih asalan, ketika panen, meskipun perlakuan pemberian pupuknya sudah maksimal, tapi hasil panennya tidak optimum.

Lesehan Ayam Jantan Bakar Enak Jakarta


Buat teman-teman yang sedang main atau ada acara di Jakarta, bisa menyempatkan waktu untuk makan di Rumah Makan Ayam Jantan.
Anda bisa mengunjungi web-nya di www.restojantan.com atau www.restojantan.blogspot.com

Harga Paket Nasi Kotak/Box/Lunch Box (Termasuk Nasi, Sambal, Lalapan) :
Rp 11.000 : Paket Sego Pecel Gresik (SPG) - Nasi, Sayur matang, tahu tempe, iwak peyek, sambal pecel/kacang
  • Rp 13.000 : Paket Ayam Betina Goreng (ABG) - Sambal Terasi Jatim
  • Rp 14.000 : Paket Ayam Betina Bakar (ABB) - Sambal Macho
  • Rp 15.000 : Paket Ayam Jantan Goreng (AJG) - Sambal Terasi Jatim
  • Rp 15.000 : Paket Ikan Nila Goreng (ING) - Sambal Cabe
  • Rp 16.000 : Paket Ayam Jantan Bakar (AJB) - Sambal Macho
  • Rp 17.000 : Paket Bebek Goreng - Sambal Jantan
  • Rp 17.000 : Paket Ikan Nila Bakar (INB) - Sambal Macho
  • Rp 19.000 : Paket Bebek Bakar - Sambal Macho

Harga Non Paket :
  • Rp 1.500 : Tahu / Tempe / Dadar Jagung
  • Rp 3.000 : Sayur Asem
  • Rp 5.000 : Es Cincau Gula Jawa
  • Rp 7.500 : Juice in the Cup
Hubungi Cabang Terdekat :
  1. Customer Service Pusat: 0219722.2220
  2. Cempaka Putih Timur 17: 02198335758
  3. Bintara 1 Bekasi : 02195880058
  4. Pasar Johar Baru : 02198335756

Minggu, 17 Maret 2013

Dosis Memupuk Kelapa Sawit Benar & Tepat Menghasilkan Panen Maksimal


Para Pekerja Bersiap Menaburkan Pupuk Kelapa Sawit
(di Kabupaten Muko-Muko Bengkulu Sumatera Indonesia)
 
Kelapa Sawit memiliki keunggulan juga kekurangan. Keunggulan Kelapa Sawit diantaranya adalah panen yang teratur, kuat terhadap penyakit dan tahan panas.
Menurut yang saya pelajari, Kelapa Sawit memerlukan makanan berupa unsur hara, baik itu bisa diproduksi di alam ataupun dengan pemupukan. Dengan memberikan pupuk, maka kandungan unsur hara tanah akan mudah dihitung.

Dari cara praktis, pemupukan batang Sawit yang sudah berbuah (usia 4-8 tahun) memerlukan pupuk berupa:
  1. 1-1,25 Kg Urea/Nitrogen  - N
  2. 1-1,25 Kg Phospat (P)      - P
  3. 1-1,5 Kg KO2                   - K
  4. 2-3 Kg Dolomite
  5. 100 gram Borat
Pemberian pupuk di atas diaplikasikan untuk 1 batang sawit dan diatur waktu pemberiannya per-3 bulan, jadi tidak diaplikasikan sekaligus.
Khusus untuk Dolomite diberikannya terpisah dengan pupuk lainnya dengan jedah waktu 1 1/2 bulan sebelum dan sesudahnya.

Dosis di atas dipakai di sebuah perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit dan lebih tinggi sedikit dari rekomendasi yang pernah saya dapatkan dari Dinas Pertanian. Sebagai petani, saya lebih senang menggunakan contoh nyata di lapangan, dengan cara, proses dan hasil yang terbukti nyata.

Di Level petani, sebaiknya menggunakan pupuk bersubsidi, seperti Urea bersubsidi. Untuk Phospat dan KCl, setahu penulis tidak ada yang bersubsidi.

Pemerintah juga mengeluarkan Pupuk NPK bersubsidi. Menurut perhitungan saya saat ini, komposisi pupuk di atas bisa dikonversi ke pupuk NPK bersubsidi seperti Phonska, sehingga menghasilkan keperluan NPK 6-7 Kg ditambah KCl 1/2 Kg s/d 1 Kg dan Dolomite serta Borat sesuai dosisi di atas. Hitungan uangnya akan lebih ekonomis menggunakan aplikasi NPK plus.

REKOMENDASI PUPUK KELAPA SAWIT
Per-Batang diaplikasi: (3x2 Kg NPK PHONSKA) + 1/2 Kg KCl,  ditambah Dolomite 2 Kg dan Borate 100 gram

Untuk level perusahaan, bisa juga mengaplikasikan pupuk NPK seperti Petrokimia Gresik mengeluarkan NPK 15-15-17 plus-plus. Plusnya ini sudah termasuk Mg (kandungan Dolomite) dan Borat sehingga lebih praktis. Dosisnya bisa menggunakan 6-7 Kg.

Dengan bibit kelapa sawit unggul dan dosis pupuk yang benar, insya Allah hasil panen setahun bisa mencapai rata-rata 24 hingga 36 ton per-hektar. Tentunya petani kelapa sawit di Indonesia memerlukan cara praktis, dengan lahan yang minimal bisa menghasilkan panen yang maksimal.

Karena yang saya dapatkan temuan di lapangan, petani jarang sekali memeberikan dosis pupuk yang benar dengan alasan modal. Sehingga hasilnya pun cuma berkisar 6-14 ton saja per-tahun per-hektar.

Ilustrasi (kurang lebih) Perbandingkan Kebun Kelapa Sawit 1 hektar dengan kondisi (harga pupuk sebelum Juni 2013)
  1. Tidak Dipupuk: Panen per-bulan: 400 Kg x 1.000: 400.000. Setahun = 2.4 juta
  2. Dipupuk urea saja setahun 1 Kg (modal 250rb), hasil +- 900 Kg x 1.000: 900.000. Setahun  = 10,8 juta
  3. Dipupuk 6,5 Kg NPK bersubsidi + 1/2 Kg KCl + Dolomite + Borate (Modal Rp 3.000.000/tahun), hasil 2.200 Kg x 1.000: 2.200.000. Setahun = 30,8 juta
Jika kita menggunakan cara nomer 3, dengan modal 3 jt menghasilkan 30,8 juta maka keuntungannya 27,8 juta. Berbeda jauh sekali dengan perhitungan nomer 2 apalagi nomer 1.

Pupuk-pupuk kimiawi di atas bisa juga ditambahkan pupuk organik atau pupuk hayati yang lebih ramah lingkungan dan bisa memaksimalkan kerja pupuk kimiawi. Diharapkan dengan modal tambahan 500 rb, akan menghasilkan tambahan panen lagi dari ilustrasi nomer 3. Untuk kondisi ini, penulis baru akan menceritakan hasil panennya setahun ke depan. Tapi secara performa daun dan batang, pupuk Hayati sangat berpengaruh.

Pemesanan bibit kelapa sawit unggul bersertifikat di Bengkulu, panen di usia 26-30 bulan: Irwan 082184810519

Kamis, 14 Maret 2013

Bibit Sawitku Unggul di Bengkulu 25-35 rb

Bibit sawit adalah benih kelapa sawit yang telah ditanam dalam polybag dan biasanya dijual ketika berusia 12 bulan hingga 24 bulan.
Harga bibis sawit di Bengkulu-Sumatera dengan kualitas unggul untuk usia 18 bulan berkisar 25.000 hingga 35 ribu bellum termasuk ongkos kirim pada awal tahun 2013.


Ini Contoh Bibit berusia 2 tahun yang telah ditanam dilahan dan berberusia 7 bulan
 
*) Pemesanan bibit kelapa sawit unggul bersertifikat di Bengkulu, panen di usia 26-30 bulan: Irwan 082184810519
 

Jumat, 08 Maret 2013

Bibit Sawit Unggul Bisa Panen Usia 28 Bulan


Pohon Sawit Usia 40 bulan

Bibit Sawit Unggul Bisa Panen di Usia 28 Bulan. Usia ini adalah usia tanam dari bibit dengan usia 1,5 - 2 tahun. Artinya, kita membeli bibit yang sudah sudah berusia 1,5-2 tahun dari asal kecambah sawit.

Foto Kecambah/Benih Sawit dari PPKS Medan yang siap tanam
 
Ada sekitar 12 perusahaan penghasil benih sawit yang saya ketahui. Perusahaan ini memiliki sertifikasi dari pemerintah, diantaranya Sampoerna Agro, Sinar Mas, PPKS Medan, termasuk juga Mekarsari.
Di usia 28 bulan, buah memang tidak terlalu banyak, baru bisa mencapai 200 Kg per-bulan per-hektar. Di usia 40 bulan panen bisa mencapai 500 Kg/hektar. Di tahun ke-5 panen bisa mencapai 1 ton hingga 1,5 ton per-hektar perbulan. Dan akan naik terus bila perawatan dilakukan dengan benar hingga mencapai 2 ton - 2,5 ton per-Ha perbulan diusia +- 8 tahun.

Bayangkan kalau Anda punya 10 hektar dengan investasi +- 500 juta saja bisa menghasilkan 20 juta-25 juta per-bulan..... Hmmmm yammmmmi

Silahkan kunjungi website kami di www.sawitku.com



Kunci Sukses Berkebun Kelapa Sawit


Sawit Usia 6 bulan

Indonesia merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Banyak hal yang mendukung diantaranya adalah luas lahan dan iklim tropisnya.
Banyak orang mengidamkan bisa kebun sawitnya bisa memproduksi minimal 2 ton per-hektar per-bulan. Semua orang bisa melakukannya asalkan beberapa persyaratan berikut ini dipenuhi.

Menanam sawit memiliki tingkat keberhasilan tinggi ditentukan oleh beberapa faktor:
  1. Pemilihan Benih/Bibt sawit unggul sesuai sertifikasi dari penghasil benih
  2. Jarak tanam antar tanaman
  3. Tingkat kebersihan lahan, tidak banyak gulma (perlu dibersihkan, disemprot, disabit/cangkul)
  4. Jadwal pemupukan yang benar dengan pupuk yang ASLI
  5. Keamanan dari gangguan hewan liar seperti babi, landak, sehingga bisa diberi pengaman keliling baik per-batang atau ladangnya. Bisa juga dibangun rumah untuk tinggal penjaga kebun.
  6. Berdoa-Alam akan mendukung kalau kita dekat dengan pencipta Alam, ikhlas dan tidak sombong. Karena getaran energi positif kita juga turut mempengaruhi mahluk lain di sekitarnya.
  7. Bisa juga untuk mengurangi gulma, bisa ditanamkan Mukuna (tanaman kacangan asal India), bisa dilakukan dengan stek atau dari bibit

Sawit Usia 1 bulan
Baru bangun dari stress :-)
Silahkan kunjungi website kami di www.sawitku.com

*) Pemesanan bibit kelapa sawit unggul bersertifikat di Bengkulu, panen di usia 26-30 bulan: Irwan 082184810519

Harga Sawit di 2013 naik-Petani sedikit lega


Harga TBS-Tandan Buah Segar di tahun 2012 mengalami kejutan, dimana terjadi kenaikan signifikan mungkin sepanjang sejarah, dimana harga TBS di pabrik bisa menyentuh harga hampir mendekati 2.000/Kg atau di level petani bisa dibeli di harga 1.500/Kg. Harga ini terjadi di periode Mei-Juni 2012.
Namun penurunan tidak bisa dibendung, harga terjerembab hingga lebih rendah dari harga 2 tahun sebelumnya. di Periode November-Desember, harga TBS di Bengkulu Sumatera mencapai harga 720/Kg di level petani dan di pabrik tidak sampai mencapai 1.000/Kg. Bahkan informasi dari teman di Kalimantan Selatan, harga TBS bisa mencapai 500 rupiah saja/Kg.

Namun alhamdulillah, di awal Januari 2013, harga TBS menanjak naik kembali meskipun belum mencapai harga tertinggi, setidaknay petani bisa sedikit bernapas lega. Di bulan Februari, harga kembali marangkak ke arah 1.000/Kg di level petani. Kenikan ini dimunkginkan dipicu oleh berkurangnya stock tangki penimbunan sawit di Riau dan Malaysia, dikarenakan hasil panen perkebunan sawit di bulan kuartal pertama tiap tahun cenderung menurun.

Kondisi ini pun tidak serta merta membuat harga naik terus. Terbukti harga CPO sempat turun hampir 5 % di bulan Maret 2013. Grafik naik turunnya harga CPO bisa Anda lihat di www.palmoilhq.com .


Berita tentang harga sawit 2013:
Petani dan Perkebunan sawit menunggu bangkitnya harga minya sawit CPO

Senin, 04 Maret 2013

Kerusakan Pada Penanganan Bahan


Contoh Dari Kerusakan – Kerusakan Dalam Bahan Pangan

1.      Kerusakan Biologis
Biol_012p
Kerusakan biologis bisa disebabkan karena adanya gangguan dari binatang pengerat maupun serangga. Contohnya adalah Buah-buahan yang dirusakkan / dimakan sebagian sehingga memberikan bekas dalam buah tersebut.



2.      Kerusakan Mikrobiologis
iStock_000005058922XSmall_crop380w.jpgKerusakan ini terjadi disebabkan karena berkembangnya mikroba dalam bahan sehingga merusak bahan pangan tersebut. Contoh dari kerusakan mikrobiologis ialah daging yang mengeluarkan lendirnya, telur yang mengalami kebusukan, serta roti yang menjamur, serta buah-buahan dan sayuran membusuk.

3.      Kerusakan Fisiologis
Kerusakan ini terjadi disebabkan oleh aktivitas fisologis (reaksi biokimiawi) yang terjadi dalam bahan pangan. Contohnya ialah perubahan metabolit ataupun pertumbuhan dan perkembangan bahan itu sendiri, dan daging yang membusuk oleh proses autolisis, karena daging tersebut tidak tahan dengan suhu kamar.





4.      Kerusakan Fisik
Biol_006pKerusakan ini terjadi karena adanya perlakuan perlakuan fisik sehingga bahan pangan menjadi rusak. Contohnya ialah bahan pangan yang mengalami proses pendinginan ataupun pemanasan menyebabkan bagian dari bahan tersebut menjadi keras, dan lain sebagainya.


5.      Kerusakan Mekanis
Kerusakan ini terjadi bisa karena kecerobohan dalam proses pemanenan maupun serangan dari hama penyakit tanaman. Contohnya ialah Penggumpalan dari hasil karet yaitu lateks, maupun memar pada buah-buahan akibat benturan.

6.      Kerusakan Kimiawi
Kerusakan ini terjadi karena adanya reaksi kimia dalam suatu bahan sehingga bahan tersebut menjadi rusak. Contoh dari kerusakan kimiawi ini ialah adanya oksidasi lemak dalam minyak, sehingga minyak berubah warna dan berbau tengik. Adapun juga bisa terjadi penyimpangan rasa, aroma maupun warna dalam bahan teh, kopi,dll.

Pindah Panas Dan Counter & Paralel Flow

TUGAS
SATUAN OPERASI
PINDAH PANAS





Enggang%20Hitam
 











DISUSUN OLEH
ILHAM ANANTO
E1F111007








PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2013
Perpindahan Panas Pada Exhausting Pengalengan Nanas
            Exhausting ialah salah satu proses dalam pengalengan nanas untuk menghilangkan udara sehingga tekanan di dalam kaleng setelah perlakuan panas dan pendinginan  lebih rendah daripada tekanan atmosfer.
            Proses pindah panas pada exhausting pengalengan nanas ini adalah konduksi juga konveksi. Bagian konduksi dari exhausting pengalengan nanas ini ialah yang terjadi pada kaleng. Dalam proses ini kaleng harus dipanaskan menggunakan steam pada suhu 80 – 90oC dengan waktu 5-7 menit. Proses ini terjadi dari panas steam ke kaleng dengan proses konduksi. Konduksi juga terjadi dari kaleng ke dalam nanas dalam wadah tersebut. Proses konveksi dari exhausting pengalengan nanas ini terjadi saat suhu dari nanas tersebut telah naik dan air-air yang terkandung pada nanas tersebut mengalami proses pindah panas konveksi.

Perpindahan Panas Pada Evaporasi Gula Kristal
            Evaporasi ialah salah satu proses dalam pembuatan gula kristal yang bertujuan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas (steam).
            Proses pindah panas yang terjadi pada evaporasi gula kristal ialah konveksi. Proses pindah panas tersebut terjadi karena panas yang pindah terdapat dalam bentuk cairan. Partikel-partikel panas tersebut pindah dari bentuk jus menjadi bentuk yang lebih kental seperti sirup.

Heat Exchanger Counter Flow dan Paralel Flow
            Heat exchanger ialah suatu cara untuk melaksanakan perpindahan kalor  dengan efisien dari satu medium ke medium yang lainnya. Media dipisahkan hanya dengan suatu dinding padat, sehingga media tersebut tidak akan bercampur dan berkontak langsung.
            Heat exchanger counter flow ialah kedua fluida ( panas dan dingin ) yang masuk dalam penukar panas dengan arah berlawanan, mengalir dengan arah berlawanan dan keluar pada sisi yang berlawanan . Temperatur fluida dingin yang keluar dari penukar panas (Tcb ) lebih tinggi dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar dari penukar panas ( Thb ), sehingga dianggap lebih baik dari alat penukar panas aliran searah (Co- Current).
            Pertukaran panas jenis parallel flow ini ialah kedua fluida ( dingin dan panas ) masuk pada sisi penukar panas yang sama, mengalir dengan arah yang sama, dan keluar pada sisi yang sama pula. Karakter penukar panas jenis ini adalah temperatur fluida dingin yang keluar dari alat penukar panas ( Tcb ) tidak dapat melebihi temperatur fluida panas yang keluar dari alat penukar panas (Thb), sehingga diperlukan media pendingin atau media pemanas yang banyak.