Awan kelabu yang menyelimuti bisnis kelapa sawit mulai memudar. Ini terkait dengan mulai merangkak naiknya harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, sepanjang Februari 2013, ekspor CPO Indonesia memang turun dibanding Januari 2013. "Ini lebih disebabkan turunnya volume, sebab harganya sekarang sedang naik," ujarnya Rabu (3/4).
Data BPS menunjukkan, angka ekspor untuk komoditas minyak hewan/nabati yang mayoritas CPO pada Ferbuari lalu tercatat sebesar USD 1,65 miliar, turun dibandingkan periode Januari yang mencapai USD 1,94 miliar.
Namun, dari sisi harga, BPS mencatat adanya tren kenaikan. Tahun lalu, harga CPO sempat mencapai level di atas USD 1.000 per ton. Namun, pada akhir tahun, harganya terus merosot seiring dengan turunnya permintaan di pasar internasional karena lesunya ekonomi dunia.
Bahkan, pada Desember 2012, harga sempat merosot ke kisaran USD 776 per ton. Sejak itu, harga pun membaik. Pada Januari 2013, rata-rata harga sudah naik menjadi USD 841 per ton dan pada Ferbruari 2013 naik lagi menjadi USD 863 per ton. "Dengan membaiknya perekonomian, harga juga akan membaik," ucapnya.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan menambahkan, recovery perekonomian global akan mendorong perbaikan harga CPO. "Memang, tahun ini diproyeksi akan naik," ujarnya.
Menurut Fadhil, pergerakan harga minyak kelapa sawit di pasar internasional saat ini sering bergerak liar karena faktor supply and demand tidak lagi dominan dalam penentuan harga. "Saat ini, harga lebih banyak ditentukan oleh sentimen perekonomian global," katanya.
Fadhil menggambarkan, pada 2011, rata-rata harga CPO di pasaran dunia mencapai kisaran USD 1.119 per ton. Namun, pada 2012, harga sudah jatuh di kisaran USD 800 per ton. "Tahun ini, harga CPO di semester pertama diproyeksi di kisaran USD 800 - 900 per ton, pada semester ke dua kemungkinan akan naik sedikit ke kisaran USD 900 - 1.000 per ton," ucapnya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, sepanjang Februari 2013, ekspor CPO Indonesia memang turun dibanding Januari 2013. "Ini lebih disebabkan turunnya volume, sebab harganya sekarang sedang naik," ujarnya Rabu (3/4).
Data BPS menunjukkan, angka ekspor untuk komoditas minyak hewan/nabati yang mayoritas CPO pada Ferbuari lalu tercatat sebesar USD 1,65 miliar, turun dibandingkan periode Januari yang mencapai USD 1,94 miliar.
Namun, dari sisi harga, BPS mencatat adanya tren kenaikan. Tahun lalu, harga CPO sempat mencapai level di atas USD 1.000 per ton. Namun, pada akhir tahun, harganya terus merosot seiring dengan turunnya permintaan di pasar internasional karena lesunya ekonomi dunia.
Bahkan, pada Desember 2012, harga sempat merosot ke kisaran USD 776 per ton. Sejak itu, harga pun membaik. Pada Januari 2013, rata-rata harga sudah naik menjadi USD 841 per ton dan pada Ferbruari 2013 naik lagi menjadi USD 863 per ton. "Dengan membaiknya perekonomian, harga juga akan membaik," ucapnya.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan menambahkan, recovery perekonomian global akan mendorong perbaikan harga CPO. "Memang, tahun ini diproyeksi akan naik," ujarnya.
Menurut Fadhil, pergerakan harga minyak kelapa sawit di pasar internasional saat ini sering bergerak liar karena faktor supply and demand tidak lagi dominan dalam penentuan harga. "Saat ini, harga lebih banyak ditentukan oleh sentimen perekonomian global," katanya.
Fadhil menggambarkan, pada 2011, rata-rata harga CPO di pasaran dunia mencapai kisaran USD 1.119 per ton. Namun, pada 2012, harga sudah jatuh di kisaran USD 800 per ton. "Tahun ini, harga CPO di semester pertama diproyeksi di kisaran USD 800 - 900 per ton, pada semester ke dua kemungkinan akan naik sedikit ke kisaran USD 900 - 1.000 per ton," ucapnya.
Harga kelapa sawit (CPO) untuk perdagangan hari ini (8/4) tercatat mengalami kenaikan setelah adanya laporan bahwa persediaan kelapa sawit di Malaysia untuk bulan Februari lalu mengalami penurunan sebesar 7% menjadi 2,27 juta ton dibandingkan dengan data bulan Januari. Turunnya persediaan kelapa sawit tersebut disebabkan oleh naiknya data ekspor kelapa sawit sebesar 2,1% menjadi 1,43 juta ton.
Namun banyak pengamat cukup khawatir bahwa data tersebut tidak akan berlanjut untuk bulan Maret dan April dimana jumlah permintaan akan mengalami penurunan seiring dengan surplusnya persediaan kelapa sawit di beberapa negara importir seperti China dan India.
Harga kelapa sawit (CPO) untuk perdagangan hari ini naik sebesar 1,3% menjadi 2390 ringgit atau 783 dollar per metrik ton di Bursa Malaysia Derivatives. Sepanjang pekan lalu harga CPO mengalami penurunan sebesar 0,8%.
Divisi Vibiz Research di Vibiz Consulting memprediksi bahwa pergerakan harga kelapa sawit untuk perdagangan hari ini diperkirakan akan mengalami pergerakan yang labil. Investor hari ini akan menantikan rilisnya data tingkat inflasi China untuk bulan Maret lalu.
Sempat Sentuh Rp 6.850/Kg
Kontrak komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menjadi salah satu andalan bursa berjangka dalam negeri.
Pada pekan ini pergerakan harga CPO di perdagangan global cenderung lemah. Bahkan analis PT Monex Investindo Futures Ariana Nur Akbar menyebut minyak nabati ini masih berada pada tren bearish.
Sementara itu, data dari Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) atau Indonesia Commodity Derivatives Exchange (ICDX) pada Jumat (5/4/2013) menunjukkan pergerakan harga sempat menyentuh Rp6.850 per kilogram untuk kontrak April ini.
Selebihnya, data mencatat harga kontrak berada pada kisaran diatas Rp7.300 per kilogram. Misalnya saja, untuk kontrak Mei berada pada posisi Rp7.360, kontrak Juni Rp7.350, dan kontrak Juli Rp7.365 per kilogram.
Sementara itu, volume transaksi masing-masing kontrak bervariasi yakni 40 lot untuk April, 164 lot untuk Mei, 552 lot untuk Juni, dan 479 lot untuk Juli. Volume tersebut merupakan total transaksi pialang lokal dan penyaluran amanat luar negeri (PALN).
Dari masing-masing total volume transaksi itu, amanat untuk luar negeri masing-masing 34 lot pada Arpil, 107 lot pada Mei, 312 lot pada Juni, dan 259 lot pada kontrak Juli.