Selasa, 12 Februari 2013

Kualitas Mutu Buah Panen Kelapa Sawit


Dalam memperoleh kadar minyak yang optimal dan berkualitas dibutuhkan tingkat kematangan yang sesuai ketika dilakukan kegiatan panen. Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang kondisinya memberikan kuantitas dan kualitas minyak yang maksimal. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) menyatakan bahwa seminggu sebelum titik tepat panen, kandungan minyak dalam mesokarp baru mencapai sekitar 73% dari potensinya. Artinya, sisa 27% dari proses konversi terjadi hanya dalam waktu satu minggu terakhir dari proses pematangan. Dengan demikian, bila buah dipanen satu minggu sebelum tepat matang, perusahaan akan kehilangan 27% dari potensi produksinya. Setiap perusahaan biasanya memiliki standar masing-masing dalam menentukan tingkat kematangan kelapa sawit di perusahaannya. Parameter dalam menyatakan tingkat kematangan TBS kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna buah dan jumlah brondolan per tandannya. Tipe nigrescens merupakan tipe buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Tipe buah virescens memiliki ciri berwarna hijau ketika masih mentah dan berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap berwarna kehijau-hijauan ketika matang. Menurut PPKS (2006), kriteria tepat matang kelapa sawit berkisar 1-2 brondolan/kg tandan. Di lapangan terkadang terdapat buah sakit yang ditandai dengan buah yang membusuk di bagian pangkalnya. Buah sakit tersebut diakibatkan oleh infeksi jamur sehingga mudah terlepas dari tandan. Buah abnormal lain yang kadang ditemukan adalah buah batu. Ciri visual yang dimiliki buah batu adalah retak-retak pada bagian atas buah. Dalam keadaan matang buah batu akan sulit untuk membrondol sehingga butuh kecermatan agar tidak dikira buah mentah.
            Pengawasan proses pemanenan harus berjalan secara optimal agar tidak ada pemanen yang curang memotong buah mentah untuk menaikkan berat basis yang diperolehnya. Buah mentah yang ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan harus dibelah menjadi empat bagian sebagai tanda bahwa buah tersebut sudah dilakukan penindakan di lapangan dan tidak lagi dimasukkan dalam grading di pabrik kelapa sawit.
        Tingkat kematangan tandan buah segar kelapa sawit akan mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan. Komponen kualitas minyak kelapa sawit diukur berdasarkan tingkat asam lemak bebas. Menurut Setyamidjaja (2006) kualitas minyak kelapa sawit dapat dipengaruhi oleh lama penyimpanan, suhu, benturan dan pelukaan buah dan tingkat kematangan. Selanjutnya Hatley (1997) menambahkan benturan dapat memecahkan vakuola sehingga minyak yang terkandung di dalamnya akan bereaksi dengan enzim lipase dan membentuk asam lemak bebas. Selain merugikan dari segi kualitas, kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak juga akan menambah biaya untuk memurnikan minyak melalui proses netralisasi dengan mereaksikannya terhadap larutan basa (NaOH dan Na2CO3) atau dengan proses penyulingan (Ketaren, 1986). Secara kuantitas, produksi dianggap optimal apabila mencapai rendemen minyak yang tinggi. Hal tersebut dapat diperoleh dari kematangan TBS yang optimal dan proses ekstraksi minyak di pabrik kelapa sawit.

Pustaka:
Hartley, C.W.S. 1977. The Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Second Edition. Longman Inc. New York. 806 hal.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 hal.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.
Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UI-Press. Jakarta. 327 hal.