Sabtu, 19 Januari 2013

Manajemen Panen Kelapa Sawit


Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke konsumen. Manajemen adalah suatu proses kegiatan usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain. Sedangkan organisasi menurut (Sumardjo, 2010) adalah suatu kumpulan individu yang bersama-sama menjadi suatu sistem, melalui suatu hierarkhi jabatan dan pembagian kerja untuk berusaha mencapai tujuan tertentu. Apabila manajemen suatu perusahaan baik, tetapi organisasinya tidak baik, maka keadaan perusahaan tersebut tidak akan sukses. Sebaliknya, jika organisasi baik tetapi manajemen jelek, maka akan timbul mis-manajemen. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari sembilan unsur manajemen, yang meliputi pengelolaan sumberdaya manusia, pengelolaan modal, pengelolaan barang dan bahan, pengelolaan mesin-mesin, pengelolaan teknis lapangan, pengelolaan peluang pasar, pengelolaan waktu, pengelolaan sumberdaya alam, dan pengelolaan fakta menjadi data dan informasi (Risza, 2010).
Perencanaan dalam pemanenan dilakukan ketika tanaman akan beralih dari tanaman belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM). Kegiatan perencanaan tersebut diantaranya penentuan jumlah tenaga pemanen, prosedur pelaksanaan, persiapan hancak panen, persiapan akses jalan panen dan perlengkapan panen, sistem administrasi, dan waktu pelaksanaan.
Pengorganisasian kegiatan panen dikelola oleh asisten divisi yang bertanggung jawab kepada estate manager. Seorang asisten divisi berhak memilih seorang mandor I sebagai pengawas dan penanggung jawab kegiatan lapangan. Pembagian tugas dan hancak karyawan panen dilakukan oleh mandor panen selain bertugas melakukan pengawasan terhadap anggotanya masing-masing. Setiap individu yang terlibat dalam organisasi panen harus memiliki kemampuan kerjasama dalam tim selain kemampuan teknis di lapangan.
Pengarahan dalam menjelaskan strategi untuk mencapai tujuan bersama adalah tanggung jawab manager dan asisten divisi. Seorang pemimpin perlu memiliki integritas dan komunikasi yang baik dalam memberi pengarahan sehingga staf dan karyawan pun paham dan bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Biasanya manager akan memberikan pengarahan terlebih dahulu kepada asisten divisi terkait pencapaian target produksi. Asisten divisi langsung merespon arahan tersebut dengan mengkoordinasikan kepada seluruh karyawan di divisi. Komunikasi yang tidak efektif kepada karyawan dapat menyebabkan pekerjaan tidak terarah sehingga terjadi pemborosan karena biaya yang dikeluarkan tidak mencapai target yang diinginkan. Dalam mempengaruhi karyawannya, seorang asisten dapat melakukan kekuasan ganjaran, yaitu menggunakan imbalan agar karyawan bekerja dengan baik, atau kekuasaan paksaan seperti memberikan sangsi apabila karyawan tidak bekerja dengan baik. Selain itu, karyawan pun dapat dipengaruhi oleh kekuasaan ahli berupa kemampuan teknis, pengalaman, dan kecerdasan teori yang dimiliki seorang pemimpin (Sumardjo, 2010).
Pengawasan menjadi fungsi terakhir dalam manajemen agar seluruh perencanaan dan  kegiatan dalam mencapai tujuan bersama dapat berjalan secara optimal. Seluruh standar kerja dan prestasi kerja karyawan harus selalu dievaluasi oleh seorang pemimpin. Hal tersebut juga dapat menjadi motivasi karyawan untuk selalu bekerja dengan baik. Pengawasan ini dapat dilakukan dengan melihat laporan administrasi dan melihat langsung kondisi di lapangan. Selain kemampuan teknis dan teori, seorang pemimpin juga harus menguasai permasalahan yang terdapat di lapangan agar dapat segera diambil keputusan atau solusinya.

Daftar Pustaka:
Risza, S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius. Yogyakarta. 225 hal.
Sumardjo. 2010. Komunikasi organisasi p.291-309. Dalam A.V.S Hubeis (Ed). Dasar - Dasar Komunikasi. Sains KPM IPB Press. Bogor